KITAB SUCI AGAMA BUDDHA
Kitab suci agama Buddha yang paling tua yang diketahui hingga sekarang tertulis dalam bahasa Pâli dan Sansekerta; terbagi dalam tiga kelompok besar yang dikenal sebagai 'pitaka' atau 'keranjang', yaitu :
1. Vinaya Pitaka
2. Sutta Pitaka, dan
3. Abhidhamma Pitaka
Oleh karena itu Kitab Suci agama Buddha dinamakan Tipitaka (Pâli) atau Tripitaka (sansekerta).
Di antara kedua versi Pâli dan Sansekerta itu, pada dewasa ini hanya Kitab Suci Tipitaka (Pâli) yang masih terpelihara secara lengkap, dan Tipitaka (Pâli) ini pulalah yang merupakan kitab suci bagi agama Buddha mazhab Theravâda (Pâli Canon).
VINAYA PITAKA
Vinaya Pitaka berisi hal-hal yang berkenaan dengan peraturan-peraturan
bagi para bhikkhu dan bhikkhuni; terdiri atas tiga bagian :
1. Sutta Vibhanga
2. Khandhaka, dan
3. Parivâra.
Kitab Sutta Vibhanga berisi peraturan-peraturan bagi para bhikkhu dan bhikkhuni. Bhikkhu-vibanga berisi 227 peraturan yang mencakup delapan jenis pelanggaran, di antaranya terdapat empat pelanggaran yang menyebabkan dikeluarkannya seorang bhikkhu dari Sangha dan tidak dapat menjadi bhikkhu lagi seumur hidup. Keempat pelanggaran itu adalah : berhubungan kelamin, mencuri, membunuh atau menganjurkan orang lain bunuh diri, dan membanggakan diri secara tidak benar tentang tingkat-tingkat kesucian atau kekuatan-kekuatan batin luar biasa yang dicapai. untuk ketujuh jenis pelanggaran yang lain ditetapkan hukuman dan pembersihan yang sesuai dengan berat ringannya pelanggaran yang bersangkutan. Bhikkhuni-vibanga berisi peraturan-peraturan yang serupa bagi para Bhikkhuni, hanya jumlahnya lebih banyak.
Kitab Khandhaka terbagi atas Mahâvagga dan Cullavagga. Kitab Mahâvagga berisi peraturan-peraturan dan uraian tentang upacara penahbisan bhikkhu, upacara Uposatha pada saat bulan purnama dan bulan baru di mana dibacakan Pâtimokkha (peraturan disiplin bagi para bhikkhu), peraturan tentang tempat tinggal selama musim hujan (vassa), upacara pada akhir vassa (pavâranâ), peraturan-peraturan mengenai jubah Kathina setiap tahun, peraturan-peraturan bagi bhikkhu yang sakit, peraturan tentang tidur, tentang bahan jubah, tata cara melaksanakan sanghakamma (upacara sangha), dan tata cara dalam hal terjadi perpecahan.
Kitab Cullavagga berisi peraturan-peraturan untuk menangani pelanggaran-pelanggaran, tata cara penerimaan kembali seorang bhikkhu ke dalam Sangha setelah melakukan pembersihan atas pelanggarannya, tata cara untuk menangani masalah-masalah yang timbul, berbagai peraturan yang mengatur cara mandi, mengenakan jubah, menggunakan tempat tinggal, peralatan, tempat bermalam dan sebagainya, mengenai perpecahan kelompok-kelompok bhikkhu, kewajiban-kewajiban guru (âcariyâ) dan calon bhikkhu (sâmanera), pengucilan dari upacara pembacaan Pâtimokkha, penahbisan dan bimbingan bagi bhikkhuni, kisah mengenai Pesamuan Agung Pertama di Râjagaha, dan kisah mengenai Pesamuan Agung Kedua di Vesali. Kitab Parivâra memuat ringkasan dan pengelompokan peraturan-peraturan Vinaya, yang disusun dalam bentuk tanya jawab untuk dipergunakan dalam pengajaran dan ujian.
Sutta Pitaka terdiri atas lima 'kumpulan' (nikâya) atau buku,
yaitu :
1. Dîgha Nikâya,
merupakan buku pertama dari Sutta Pitaka yang terdiri atas 34 Sutta
panjang, dan terbagi menjadi tiga vagga : Sîlakkhandhavagga, Mahâvagga
dan Pâtikavagga. Beberapa di antara sutta-sutta yang terkenal ialah
: Brahmajâla Sutta (yang memuat 62 macam pandangan salah), Samannaphala
Sutta (menguraikan buah kehidupan seorang petapa), Sigâlovâda
Sutta (memuat patokan-patokan yang penting bagi kehidupan sehari-sehari
umat berumah tangga), Mahâsatipatthâna Sutta (memuat secara
lengkap tuntunan untuk meditasi Pandangan Terang, Vipassanâ), Mahâparinibbâna
Sutta (kisah mengenai hari-hari terakhir Sang Buddha Gotama).
2. Majjhima Nikâya,
merupakan buku kedua dari Sutta Pitaka yang memuat kotbah-kotbah
menengah. Buku ini terdiri atas tiga bagian (pannâsa); dua pannâsa
pertama terdiri atas 50 sutta dan pannâsa terakhir terdiri atas 52
sutta; seluruhnya berjumlah 152 sutta. Beberapa sutta di antaranya ialah
: Ratthapâla Sutta, Vâsettha Sutta, Angulimâla Sutta,
Ânâpânasati Sutta, Kâyagatasati Sutta dan sebagainya.
3. Anguttara Nikâya, merupakan buku
ketiga dari Sutta Pitaka, yang terbagi atas sebelas nipâta (bagian)
dan meliputi 9.557 sutta. Sutta-sutta disusun menurut urutan bernomor,
untuk memudahkan pengingatan.
4. Samyutta Nikâya, merupakan buku keempat
dari Sutta Pitaka yang terdiri atas 7.762 sutta. Buku ini dibagi menjadi
lima vagga utama dan 56 bagian yang disebut Samyutta.
5. Khuddaka Nikâya, merupakan buku kelima
dari Sutta Pitaka yang terdiri atas kumpulan lima belas kitab, yaitu :
a. Khuddakapâtha,
berisi empat teks : Saranattâya, Dasasikkhapâda, Dvattimsakâra,
Kumârapañha, dan lima sutta : Mangala, Ratana, Tirokudda,
Nidhikanda dan Metta Sutta.
b. Dhammapada, terdiri atas 423 syair yang
dibagi menjadi dua puluh enam vagga. Kitab ini telah diterjemahkan ke dalam
bahasa Indonesia.
c. Udâna, merupakan kumpulan delapan
puluh sutta, yang terbagi menjadi delapan vagga. Kitab ini memuat ucapan-ucapan
Sang Buddha yang disabdakan pada berbagai kesempatan.
d. Itivuttaka, berisi 110 sutta, yang masing-masing
dimulai dengan kata-kata : vuttam hetam bhagavâ (demikianlah sabda
Sang Bhagavâ).
e. Sutta Nipâta, terdiri atas lima vagga
: Uraga, Cûla, Mahâ, Atthaka dan Pârâyana Vagga.
Empat vagga pertama terdiri atas 54 prosa berirama, sedang vagga kelima
terdiri atas enam belas sutta.
f. Vimânavatthu, menerangkan keagungan
dari bermacam-macam alam deva, yang diperoleh melalui perbuatan-perbuatan
berjasa.
g. Petavatthu, merupakan kumpulan cerita mengenai
orang-orang yang lahir di alam Peta akibat dari perbuatan-perbuatan tidak
baik.
h. Theragâthâ, kumpulan syair-syair,
yang disusun oleh para Thera semasa hidup Sang Buddha. Beberapa syair berisi
riwayat hidup para Thera, sedang lainnya berisi pujian yang diucapkan oleh
para Thera atas Pembebasan yang telah dicapai.
i. Therigâthâ, buku yang serupa
dengan Theragâthâ yang merupakan kumpulan dari ucapan para
Theri semasa hidup Sang Buddha.
j. Jâtaka, berisi cerita-cerita mengenai
kehidupan-kehidupan Sang Buddha yang terdahulu.
k. Niddesa, terbagi menjadi dua buku : Culla-Niddesa
dan Mahâ-Niddesa. Culla-Niddesa berisi komentar atas Khaggavisâna
Sutta yang terdapat dalam Pârâyana Vagga dari Sutta Nipâta;
sedang Mahâ-Niddesa menguraikan enam belas sutta yang terdapat dalam
Atthaka Vagga dari Sutta Nipâta.
l. Patisambhidâmagga, berisi uraian
skolastik tentang jalan untuk mencapai pengetahuan suci. Buku ini terdiri
atas tiga vagga : Mahâvagga, Yuganaddhavagga dan Paññâvagga,
tiap-tiap vagga berisi sepuluh topik (kathâ).
m. Apadâna, berisi riwayat hidup dari
547 bhikkhu, dan riwayat hidup dari 40 bhikkhuni, yang semuanya hidup pada
masa Sang Buddha.
n. Buddhavamsa, terdiri atas syair-syair yang
menceritakan kehidupan dari dua puluh lima Buddha, dan Buddha Gotama adalah
yang paling akhir.
o. Cariyâpitaka, berisi cerita-cerita
mengenai kehidupan-kehidupan Sang Buddha yang terdahulu dalam bentuk syair,
terutama menerangkan tentang 10 pâramî yang dijalankan oleh
Beliau sebelum mencapai Penerangan Sempurna, dan tiap-tiap cerita disebut
Cariyâ.
Kitab Abhidhamma Pitaka berisi uraian filsafat Buddha Dhamma yang disusun
secara analitis dan mencakup berbagai bidang, seperti : ilmu jiwa, logika,
etika dan metafisika. Kitab ini terdiri atas tujuh buah buku (pakarana),
yaitu :
1. Dhammasangani, terutama menguraikan etika
dilihat dari sudut pandangan ilmu jiwa.
2. Vibhanga, menguraikan apa yang terdapat
dalam buku Dhammasangani dengan metode yang berbeda. Buku ini terbagi menjadi
delapan bab (vibhanga), dan masing-masing bab mempunyai tiga bagian : Suttantabhâjaniya,
Abhidhannabhâjaniya dan Pññâpucchaka atau daftar
pertanyaan-pertanyaan.
3. Dhâtukatha, terutama membicarakan
mengenai unsur-unsur batin. Buku ini terbagi menjadi empat belas bagian.
4. Puggalapaññatti, menguraikan
mengenai jenis-jenis watak manusia (puggala), yang dikelompokkan menurut
urutan bernomor, dari kelompok satu sampai dengan sepuluh, sepserti sistim
dalan Kitab Anguttara Nikâya.
5. Kathâvatthu, terdiri atas dua puluh
tiga bab yang merupakan kumpulan percakapan-percakapan (kathâ) dan
sanggahan terhadap pandangan-pandangan salah yang dikemukakan oleh berbagai
sekte tentang hal-hal yang berhubungan dengan theologi dan metafisika.
6. Yamaka, terbagi menjadi sepuluh bab (yang
disebut Yamaka) : Mûla, Khandha, Âyatana, Dhâtu, Sacca,
Sankhârâ, Anusaya, Citta, Dhamma dan Indriya.
7. Patthana, menerangkan mengenai "sebab-sebab"
yang berkenaan dengan dua puluh empat Paccaya (hubungan-hubungan antara
batin dan jasmani).
Gaya bahasa dalam Kitab Abhidhamma Pitaka bersifat sangat teknis dan analitis, berbeda dengan gaya bahasa dalam Kitab Sutta Pitaka dan Vinaya Pitaka yang bersifat naratif, sederhana dan mudah dimengerti oleh umum.
Pada dewasa ini bagian dari Tipitaka yang telah diterjemahkan dan dibukukan ke dalam bahasa Indonesia baru Kitab Dhammapada dan beberapa Sutta dari Dîgha Nikâya.