Sesudah pentahbisan Subhadda, Sang Buddha bersabda lagi kepada Yang Mulia Ananda sebagai berikut : “Ada kemungkinan, Ananda, bahwa beberapa orang dari kalian akan berkata, tanpa Sang Buddha, Guru Agung, tak ada lagi Guru buat kita. Tidak, Ananda, engkau tidak seharusnya berpikir seperti itu. Apa saja yang diajarkan di dalam Dhamma dan Vinaya dan dibabarkan oleh Tathagarta akan menjadi Guru kalian setelah Tathagata tiada”.
Kemudian Sang Buddha berkata kepada para bhikkhu lainnya, “Jika ada di antara kalian yang mempunyai keragu-raguan terhadap Sang Buddha, Sang Ajaran, atau Persaudaraan para Bhikkhu, tanyakanlah kepada Tathagata. Sekarang hingga setelah ini, engkau mungkin bisa menyesal karena tidak menanyakannya kepada Tathagata ketika Tathagata masih bersama kalian”.
Tetapi mendengar kata-kata ini, tidak seorang pun dari para bhikkhu yang angkat bicara. Tak seorang pun yang memiliki pertanyaan, dan semua dari mereka diam. Untuk kedua dan ketiga kalinya Sang Buddha menyampaikan amanat tersebut kepada para bhikkhu. Dan untuk kedua dan ketiga kalinya, semua bhikkhu tersebut diam.
Kemudian Sang Buddha berkata, “Mungkin ini karena rasa hormat kepada Guru, bahwasanya kalian tidak menanyakan sesuatu pun pada Tathagata. Biarlah selaku teman, O Para siswa, mengatakannya kepada teman lainnya”. Tetap saja para siswa tersebut diam.
Kemudian Yang Mulia Ananda berkata kepada Sang Buddha, “:Sungguh mengagumkan, Sungguh menakjubkan, Yang Mulia! Saya sungguh percaya bahwa di dalam kumpulan besar para bhikkhu ini, tak ada seorang pun yang memiliki keragu-raguan atau pertanyaan-pertanyaan mengenai Sang Buddha, Sang Ajaran, atau Persaudaraan para Bhikkhu, atau Sang Jalan dan tentang cara-cara latihan dan perilaku”.
“Menurutmu, Ananda”, ujar Sang Buddha, “ini mungkin adalah suatu masalah keyakinan dan kepercayaan. Tetapi, Ananda, Tathagata tahu bahwa tak seorang bhikkhu pun yang berkumpul di sini memiliki keraguan atau pertanyaan tentang hal-hal ini. Dari ke-500 orang bhikkhu di sini, Ananda, ia yang berada di paling belakang pun adalah seorang Sotapanna, bukanlah subyek yang dapat terjatuh lagi ke alam kehidupan yang lebih rendah, tetapi telah pasti menuju kepada Pencerahan”.
Kemudian sekali lagi Sang Buddha menegaskan kepada semua bhikkhu, dan ini merupakan kata-kata terakhir yang Beliau ucapkan : “Perhatikan, O para bhikkhu, ini adalah nasihat terakhir Tathagata kepada kalina. Semua bentuk perpaduan di dunia ini adalah selalu berubah. Mereka tidak kekal. Berjuanglah dengan sungguh-sungguh untuk mencapai Kebebasan Sejatimu”.
Kemudian Sang Buddha masuk ke dalam Jhana-jhana secara berurutan: semakin dalam dan dalam. Kemudian Beliau keluar lagi dari Jhana yang tertinggi. Dan Beliau masuk ke Jhana yang lebih rendah; dan dari Jhana ini Beliau masuk ke Nibbana tanpa meninggalkan sisa-sisa yang dapat menyebabkan kelahiran kembali di dunia/alam manapun.
Kemangkatan Mutlak Sang Buddha tersebut terjadi pada
tahun 543 S. M. pada saat purnama sidhi di bulan Waisak.